OBAT ALTERNATIF YANG TAK LEKANG ZAMAN

Jamu-jamuan dikenal masyarakat Indonesia sebagai salah satu bentuk obat alternatif. Ketika pengobatan klinis dirasa tak banyak membantu, jamu pantas dicoba.

Sumber: http://musakazhim.wordpress.com/2008/06/06/jamu-untuk-jiwa/

Jamu, yang sering juga disebut sebagai obat herbal, merupakan produk ramuan bahan alam yang biasanya digunakan untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, pemulihan kesehatan, penjagaan kebugaran, dan perawatan kecantikan.

Selama ini, masyarakat percaya bahwa jamu merupakan peninggalan nenek moyang Bangsa Indonesia. Menurut pakar bahasa Jawa Kuna, jamu berasal dari bahasa Jawa Kuna "jampi" atau "usada" yang berarti penyembuhan yang menggunakan ramuan obat-obatan atau doa-doa dan ajian-ajian.



Pendapat pakar ini tak berhenti sampai di situ. Banyak naskah kuno yang sering menyebut jamu sebagai herbal paling manjur, dan bahkan dipercaya oleh kalangan istana dan raja-raja.

Bukan hanya untuk penyembuhan dalam, jamu juga digunakan untuk merawat kebugaran dan kecantikan. Pada salah satu relief Candi Borobudur, peninggalan yang didirikan pada 772 Masehi, ada yang menggambarkan perawatan kesehatan bagian luar tubuh dengan pemijatan dan penggunaan ramuan jamu oleh perempuan ningrat.

Seperti sudah dikemukakan di awal tulisan, selain digunakan untuk penyembuhan penyakit, jamu juga dipercaya menjaga kecantikan ragawi perempuan. Namun, penggunaan jamu pastinya lebih banyak digunakan sebagai obat dan pemulih kesehatan.

Bahan baku jamu yang sudah dikenal selama bertahun-tahun lebih banyak berasal dari akar-akaran, buah, bunga, atau kulit kayu tumbuhan. Biasanya jenis-jenis tanaman yang digunakan untuk bahan dasar jamu adalah jahe, temulawak, sambiloto, kencur, dan pegangan.

Cara pembuatannya biasanya ditumbuk secara tradisional hingga menjadi adonan yang sangat halus dan kemudian diperas. Air perasan inilah yang kemudian diminumkan kepada mereka yang sakit atau sekadar ingin menjaga kebugaran tubuh dan memelihara kecantikan.

Jamu memiliki cita rasa yang berbeda. Ramuan dari dedaunan umumnya terasa pahit. Jahe dan kencur memiliki rasa pedas. Rasa-rasa itu sebenarnya sangat mungkin untuk dicampur dengan bahan lain agar tercipta produk yang lebih enak. Biasanya, campuran madu dan jeruk nipis sebagai pilihan.

Belakangan, produk-produk jamu tak cuma berbentuk cair, tapi ada juga yang berbentuk bubuk atau bubuk dimasukkan dalam pil. Jenis terakhir biasanya lebih banyak dipilih karena peminum tak harus menahan rasa pahit atau pedas tatkala mengonsumsinya. Alasan ini jugalah yang kemungkinan besar membuat jamu banyak dicari orang.

Bersamaan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, bahan baku jamu kemudian dilebarkan tak hanya dari tumbuh-tumbuhan. Beberapa binatang ternyata bisa juga membantu proses penyembuhan penyakit dan tingkat kemanjurannya relatif sama.

Direktur Utama PT Sido Muncul Irwan Hidayat berpendapat cacing dapat dimanfaatkan sebagai jamu yang dapat bermanfaat sebagai obat. "Jenis cacing dapat digunakan sebagai jamu untuk obat panas," katanya. Dia tak menampik jika kelak pabrik jamu yang dipimpinnya juga akan mengembangkan penelitian terhadap jenis-jenis cacing dan binatang lainnya untuk mengembangkan produk jamunya.

Harus Uji KlinisSaat ini, belum semua orang percaya bahwa jamu bisa berkhasiat sebagai obat. Apalagi bagi mereka yang selama ini masih menganut pola pikir dunia Barat yang sangat memercayai inovasi kedokteran melalui pengembangan bahan-bahan kimia.

Presiden Direktur PT Nyonya Meneer, Charles Saerang, mengatakan walau jamu dipercaya memiliki khasiat menyembuhkan penyakit, produk ini belum sepenuhnya dipercaya sebagai obat. "Sehingga jamu harus uji kesehatan, farmasi, ataupun kedokteran untuk menjadikan jamu sebagai obat," ujarnya.

Uji klinis pada jamu dimaksudkan antara lain untuk meyakinkan bahwa produk tersebut tidak mengandung racun. Pengujiannya dilakukan di rumah sakit atau lembaga tertentu yang ditunjuk oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Untuk bisa menciptakan jamu sebagai obat yang manjur diperlukan waktu paling tidak selama dua hingga tiga tahun untuk memprosesnya. "Selain itu, membuat jamu dari tanaman atau rimpang (jenis temu-temuan) memerlukan biaya yang tidak sedikit," terang Charles. Menurutnya, agar jamu yang berasal dari tanaman atau rimpang memiliki khasiat maksimal, bahan baku yang digunakan harus menggunakan tanaman asli dan memiliki kadar air 15 persen.

Irwan mengiyakan pendapat Charles yang menyatakan bahwa dunia medis kedokteran umumnya belum memercayai khasiat jamu sebagai penyembuh penyakit. Namun dia berpendapat ada kalanya dokter dan pasien yang sudah jenuh dengan pengobatan medis melirik juga ke produk jamu-jamuan.

Sebagaimana layaknya obat-obatan modern, jamu juga tak lepas dari efek samping yang mungkin ditimbulkan. "Tapi efek samping jamu lebih lambat (daripada obat-obatan)," kata Charles. Hal ini terjadi karena daya kerja jamu juga lebih lambat dibandingkan obat. Charles menekankan jika obat bekerja secara cepat maka obat akan memberikan efek samping yang lebih cepat.

Sumber: http://beritadaerah.com/article/bali/40881/64

Bahan Berkualitas Tentukan Khasiat

Demi mendapatkan daya penyembuh yang maksimal, langkah-langkah pemilihan bahan baku jamu harus dilakukan dengan baik dan sesuai standar. Kualitas bahan mesti terjaga supaya menghasilkan jamu yang dapat memberikan manfaat yang diinginkan.

Direktur Utama PT Sido Muncul Irwan Hidayat memberi tip, ketika akan memproses jahe yang merupakan bahan dasar jamu yang paling banyak digunakan, sebaiknya pilih yang benar-benar kering dan tidak berjamur. Sebab jika terdapat bintik-bintik putih maka produk yang dihasilkan malah bisa menyebabkan penyakit kanker hati, sebagai akibat dari racun yang ditimbulkan oleh jamur tersebut.

Irwan melanjutkan setelah dicabut dari tanah, jahe yang telah dipanen harus dijemur di bawah sinar Matahari hingga dalam kondisi benar-benar kering. Baru setelah itu jahe bisa disimpan dalam tempat yang juga kering.

Kencur, jahe, temulawak, dan sambiloto merupakan beberapa jenis tanaman yang memang paling sering digunakan untuk membuat jamu. Bahan-bahan ini dipercaya manjur untuk menyembuhkan jenis-jenis penyakit umum yang biasanya diderita masyarakat kebanyakan. Dan pabrik-pabrik besar pembuat jamu pasti menggunakan bahan-bahan tersebut untuk menjadi bahan dasar produk jamunya.

Bila ingin membuatnya secara sederhana, jamu dari bahan-bahan ini sebenarnya dapat juga diproduksi pada skala rumah tangga, contohnya jahe. Bahan yang sangat mudah ditemui ini bisa segera diolah dan dimanfaatkan sebagai minuman penghangat badan. Paling cepat bisa dengan cara dimemarkan dan diseduh air panas yang sudah dicampur gula.

Ketika membuat jamu, Irwan menyarankan untuk tidak merebus bahan. Sebab cara ini malah akan merusak khasiat yang ada pada bahan-bahan tersebut.

Selama ini, jahe dikenal memiliki bahan multikhasiat. Selain sekadar menghangatkan badan, jahe juga dipercaya mampu menambah nafsu makan. Selain itu, gingerol yang memunculkan bau khas jahe dapat mencegah penggumpalan darah yang merupakan penyebab utama serangan jantung dan stroke.

Fungsi lain dari jahe adalah mencegah mual, termasuk mabuk perjalanan. Selain itu, aroma khas tanaman yang dihasilkan oleh minyak atsiri dapat menurunkan tekanan darah karena jahe merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah.

Selain jahe, beras kencur juga merupakan jamu jenis lain yang tidak asing bagi masyarakat. Jamu ini kadang malah tidak dimaksudkan hanya sekadar untuk menjaga kesehatan tubuh, tetapi telah menjadi jenis minuman harian seperti kopi dan teh. Walau demikian, beras kencur juga dipercaya mengurangi pegal linu.

Kekuatan lain dari pembuatan jamu secara tradisional, si pembuat bisa menakar sendiri bahan-bahan campuran yang digunakan sesuai dengan selera lidahnya. Untuk pembuatan jamu beras kencur, misalnya, selain disiapkan beras dan kencur sebagai bahan pokok, disiapkan pula bahan-bahan penyerta lainnya.

Biji kedawung, rimpang jahe, biji kapulogo, buah asam, kunci, kayu keningar, kunir, jeruk nipis, dan buah pala merupakan bahan penyerta yang disiapkan. Dan untuk pemanis, jamu ini bisa menggunakan gula merah atau gula putih sebanyak yang diinginkan.

Cara membuatnya, mula-mula beras disangrai atau digoreng tanpa minyak, kemudian ditumbuk dengan lumpang batu atau alu besi hingga lembut. Semua bahan tersebut kemudian dicampur, diperas, dan disaring.

Saringan yang digunakan sebaiknya yang jejaringnya halus agar nantinya ampas tidak ikut terminum. Sari perasan bahan dicampurkan ke dalam air matang yang telah tersedia dan diaduk. Setelah teraduk rata, jamu siap diminum.

Sumber:
Koran Jakarta - Kamis, 16 Juli 2009

Comments