NARKOBA MENGINTAI REMAJA KITA

Anak si A, beberapa hari yang lalu ditangkap polisi karena ketahuan mencuri bersama teman-temannya. Anak si B digelandang ke kantor polisi karena terlibat tawuran antar sekolah. Anak si C tertangkap basah sedang "nyabu" bersama ganknya di sebuah apartemen. Berita-berita semacam ini sering kita lihat dan dengar di media massa, bahkan sangat mungkin terjadi di lingkungan terdekat kita. Na'uudzubillah.

Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukkan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikkan, dapat mengubah pikiran, suasana hati, atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis. Akibat buruk narkoba terutama mengenai sistem syaraf, panca indra dan endokrin. 


Macam-macam Narkotika:
  1. Codein (turunan dari opium), bentuk pil atau cairan
  2. Heroin (nama lain demerol atau petidine), bentuk cairan, pil, bubuk
  3. Kokain dari tanaman Erythroxylon coca
  4. Ganja, bentuk daun yang dikeringkan dikenal sebagai hashish atau hash
Macam-macam Psikotropika:
  1. Ecstasy, bentuk tablet
  2. Inhalen, bentuk lem
  3. Shabu-shabu, bentuk tablet atau kristal seperti gula
Kasus penyalahgunaan narkoba makin hari makin meningkat jumlahnya. Rentang usia yang terkenapun makin luas, jika 10 tahun yang lalu usia anak-anak masih aman, maka tahun-tahun terakhir ini anak usia 10 - 12 tahun dilaporkan sudah kecanduan narkoba. Jeratan narkoba ini seperti gurita raksasa yang sulit dibasmi. Maka tugas kita adalah melindungi anak-anak dan remaja kita dari ancaman narkoba ini. Bagaimana mencegahnya dan bagaimana jika ada yang sudah terjerat dan kecanduan?


Penanggulangan dan Rehabilitasi

Secara umum ada dua cara yang dapat kita gunakan untuk mencegah dan menangani orang yang terjerat narkoba. Pertama, penanggulangan narkoba. Cara ini adalah langkah pencegahan primer untuk mencegah dan menjauhkan anak-anak kita dari bahaya narkoba. Apa yang akan saya sampaikan di bawah ini mungkin dianggap klise tetapi percayalah bahwa hal-hal ini sudah terbukti manjur untuk melindungi anak-anak dari bujukan setan yang bernama "narkoba"

Masalahnya adalah, mudah diucapkan tetapi sulit dilakukan sehingga sebagian besar orangtua tidak mampu melakukannya. Sangat disayangkan, hal-hal yang harusnya bisa kita lakukan tetapi kita abaikan. Untuk itu, orangtua harus mau "belajar" dan terus mencoba menjadi orangtua terbaik bagi buah hatinya.

Orangtua dapat mengambil langkah berikut dalam membantu penanggulangan narkoba bagi anaknya:

Langkah pertama adalah preventif, meliputi:

Komunikasi. 
Sering-seringlah berbicara antar orangtua dan anak, dengan memberikan informasi tentang resiko penggunaan dan penyalahgunaan narkoba atau obat-obat terlarang. Untuk itu orangtua sebaiknya mempunyai pengetahuan yang cukup tentang narkoba. Komunikasi yang baik akan menumbuhkan anak yang percaya diri dan mampu berkata "tidak" terhadap hal-hal buruk yang ditawarkan kepadanya. 

Pola komunikasi mengalami pergeseran mengikuti perubahan zaman. Tiga puluh tahun yang lalu (saat penulis remaja), anak sangat segan dan hormat kepada orangtuanya meskipun mereka sedikit bicara. Anak tidak berani membicarakan hal-hal tabu karena orangtua pasti marah. Tetapi zaman sekarang, anak menginginkan orangtuanya mampu berperan sebagai teman sehingga anak-anak merasa nyaman untuk ngobrol dan membicarakan banyak hal termasuk curhat masalah-masalah pribadinya. Hubungan pertemanan orangtua dan anak sangat besar manfaatnya untuk mencegah anak-anak berbuat buruk termasuk mencegah terjerumus narkoba.

Dengarkan.
Jadilah pendengar yang baik sebagai orangtua bila anak-anak sedang berbicara mengenai tekanan antar sebaya mereka, masalah-masalah yang mereka hadapi di sekolah atau lingkungannya. Belajarlah untuk tidak memotong pembicaraan dan men-judge (menghakimi) anak dengan menyalahkan mereka. Anak yang didengarkan suaranya dan merasa dihargai akan mudah menolak jika temannya merayunya dengan narkoba.

Jadilah Contoh yang Baik.
Seorang anak memang mempunyai kecenderungan meniru tingkah laku orang dewasa. Rumah adalah lingkungan terdekat bagi anak. Orangtua yang mampu menjadi teladan dalam kebaikan akan ditiru oleh anaknya. Sebaliknya, mencontohkan perilaku buruk terhadap anak, seperti orangtua yang ketergantungan kepada obat terlarang, akan berdampak sangat buruk bagi perkembangan hidupnya, dan anak akan lebih cepat ikut-ikutan mengkonsumsi narkoba.

Langkah kedua, adalah rehabilitasi pengguna narkoba. Rhabilitasi adalah program untuk membantu memulihkan orang yang memiliki penyakit kronis baik dari segi fisik maupun psikologinya. Program Rehabilitasi adalah program yang mencakup penilaian awal, pendidikan pasien, pelatihan, bantuan psikologis, dan pencegahan penyakit. Rehabilitasi pecandu narkoba dapat dilakukan secara rawat jalan (individu) ataupun rawat inap di pusat-pusat rehabilitasi yang tersebar di beberapa kota.

Gejala penyakit yang banyak ditemui pada pasien kecanduan narkoba di Pusat Rehabilitasi, antara lain:
  • Gejala putus obat
  • Watak pemarah
  • Perilaku yang aneh
  • Kehilangan nafsu makan
  • Kehilangan berat makan
Tak Jarang pasien mengalami kecanduan ulang setelah keluar dari Pusat Rehabilitasi. Untuk mengantisipasinya, berikut tips untuk menjaga si pasien agar tidak kambuh / kecanduan lagi, setelah pulang dari Pusat Rehabilitasi:
  • Melakukan hal-hal yang positif atau kegiatan yang tetap bagi si pasien. Usahakan pasien tidak menganggur.
  • Menjaga hubungan baik antara lingkungan keluarga dan sekitar.
  • Bertemu dengan konsultan kejiwaan atau psikiater secara berkala.
  • Kesabaran dan keyakinan dari si pasien itu sendiri bahwa proses pemulihan dari obat dan kecanduan akan berhasil jika pasien sabar dan tekun menjalani.


Pendekatan Agama

Menteri Sosial RI, Salim Segaf Al-Jufrie (yang menjabat pada tahun 2005-2009) saat berkunjung ke Ponpes Suryalana, mengatakan bahwa metode rehabilitasi narkoba di pesantren terbukti ampuh menghilangkan ketergantungan dari narkoba. Bahkan dari sekian metode pengobatan narkoba yang ditawarkan medis dalam dan luar negeri, rehabilitasi yang diterapkan dengan pendekatan agama lebih manjur. Meskipun penulis belum mengetahui secara detil tentang metode rehabilitasi dengan pendekatan agama tetapi menurut hemat penulis, apapun metodenya jika hasilnya adalah untuk membantu anak-anak terbebas dari jerat narkoba, patut kita dukung bersama.

Dalam hal ini pemerintah wajib melakukan pengawasan terhadap pusat-pusat rehabilitasi agar hak-hak pasien terpenuhi selama dalam perawatan dan tidak terjadi hal-hal buruk yang merugikan pasien.

Dalam setiap program rehabilitasi, terapi tidak hanya diberikan kepada anak, namun  juga orangtua wajib melakukan perubahan dan perbaikan untuk menciptakan suasana kondusif di rumahnya. Sebab percuam saja, anak menjalani rehabilitasi jika orangtua tidak mendukung upaya penyembuhan dengan metode serupa.

Oleh:
dr Anggapratiwi Budiharto, MKes
Sumber:
Majalah Insani Edisi 18 

Comments

Post a Comment