EMPAT SIFAT ANAK YANG SUDAH DITENTUKAN OLEH ALLAH SWT

Minggu lalu ba'da Maghrib (5 Feb 2017) saya mengikuti pengajian di Masjid Al Anshor di kompleks rumah saya, dengan pengisi ceramah Ustadz (maaf saya lupa namanya) yang santun dan lembut suaranya dalam menyampaikan ceramahnya. Disini beliau menerangkan bahwa dalam Islam sudah diterangkan kodrat dari sifat anak yaitu berjumlah 4 Sifat yang diterangkan baik dalam Al Quran maupun dalam Hadist, dimana sifat itu diantaranya adalah:

1. Anak adalah Perhiasan
Disini dijelaskan oleh Ustadz tersebut bahwa sifat anak yang pertama adalah sebagai Perhiasan dan diterangkan di dalam Al Quran surat Al Kahf : 46 yang isinya adalah:
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.

Sudah pasti di dalam kehidupan manusia bahwa orang tua akan selalu membanggakan buah hati nya baik dari fisiknya maupun dari prestasi yang dicapainya. Orangtua akan selalu merendahkan dirinya demi menaikkan derajat anaknya. Seperti ayah yang mengucapkan "Cakepnya anak gue ya, putih dan mancung lagi, ga seperti bapaknya yang item dan pesek" di dalam obrolan dengan temannya, atau ucapan "Subhanallah ya, anak gue bisa hapal Quran 3 Juz, padahal gue aja cuma hapal surat-surat pendek aja" saat mengikuti pengajian, atau ucapan "Liat deh anak gue sudah jadi sarjana, ga kayak bapaknya yang cuma jadi tukang sayur doank" disaat acara wisuda anaknya, dsb.

Tidak ada Orangtua yang merasa minder ataupun iri hati dengan kelebihan yang terdapat pada anaknya, karena memang sudah kodratnya anak merupakan perhiasan yang akan selalu dibanggakan oleh orangtua nya dan memang sudah dan dijelaskan di dalam Kalam Allah SWT.

2. Anak adalah Musuh
Saat Ustadz tersebut mengucap demikian, saya agak kaget dan membingungkan saya, kenapa anak kok bisa jadi musuh? Ternyata beliau menjelaskan bahwa ada kodrat bahwa anak akan jadi musuh bagi orangtuanya yaitu sebagai ujian dan cobaan untuk bapak ibu nya. Bahkan dijelaskan oleh Allah di dalam surat At-Taghaabun : 14 yang isinya:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.
Di dalam sejarah pun sudah ada contoh konkretnya yaitu anak nabi Nuh yang bernama Kan'an yang membangkang dan menjadi musuh nyata bagi bapaknya, padahal nabi Nuh adalah pemimpin para Ulama yang sangat bersahaja, seharusnya air mani yang memancar dan mengalir ke dalam rahim istrinya mempunyai sifat yang diturunkan oleh Nabi Nuh terhadap anaknya, tetapi ternyata Allah berkehendak lain.

Kan'an tersebut merupakan cobaan yang diberikan oleh Allah kepada nabi Nuh dan bahwa Allah ingin melihat lebih sayang mana nabi Nuh dengan anaknya atau dengan menegakkan agama Allah dan Allah ingin melihat bahwa nabi Nuh lebih memilih mana, anaknya atau Allah SWT. Sebagai orangtua pasti nabi Nuh merasa sedih dan selalu membujuk anaknya untuk menaiki bahtera perahunya agar terhindar dari banjir bandang yang diturunkan oleh Allah, tetapi apa daya Kan'an menolak ajakan ayahnya dan memilih untuk menaiki bukit menuju puncaknya dengan harapan agar selamat, meski akhirnya Kan'an meninggal karena terhempas dan tenggelam dalam banjir tersebut.

Di dalam kehidupan sekarang pun juga banyak contoh bahwa anak adalah musuh bagi orangtuanya. Ada beberapa anak yang membunuh bapaknya karena kesal tidak dibelikan motor permintaannya ataupun anak yang meminta gadjet yang mahal tanpa peduli bahwa ibunya hanya seorang tukang cuci baju biasa dan menyuruh ibunya untuk bekerja keras demi memenuhi permintaan anaknya.


3. Anak adalah Fitnah
Nah loh, kok bisa begitu? saya pun mendongakkan kepala saya, menatap Ustadz tersebut dan memasang kuping lebih lagi karena ingin mengetahui penjelasan dari beliau. Beliau dengan lembut menjelaskan bahwa fitnah disini adalah anak sebagai cobaan bagi orangtuanya, fitnah disini adalah anak yang diberikan dengan keadaan yang tidak sempurna, baik anak itu terkena penyakit parah, cacat mental atau autis yang akut, dsb.

Allah disini ingin memberikan orangtua nya usaha dan kesabaran serta menerima akan kondisi apapun terhadap anaknya. Kita tidak bisa memilih seperti apa anak kita nanti, kita tidak bisa memilih anak sesuai kemauan dan permintaan kita, wong yang menentukan itu Allah SWT, ya kita harus menerima dengan lapang dada, meski semua orangtua mengharapkan anak yang cakep dan sempurna.

Ustadz tersebut menerangkan lagi bahwa penyakit itu adalah sebagai pelebur dosa dan bahkan anak yang cacat mental atau autis tersebut merupakan kelebihan yang diberikan oleh Allah untuk orangtuanya karena anak yang seperti itu tidak akan dihisab dan secara otomatis akan langsung masuk surga. Karena salah satu syarat dihisabnya seseorang adalah adanya akal yang diturunkan kepada manusia, dengan adanya akal manusia diwajibkan untuk shalat dan menegakkan perintah ibadah lainnya, dan wajib untuk menjauhi larangan-Nya.

4. Anak adalah Permata Hati
Ini yang sangat menarik perhatian saya dan Ustadz tersebut menerangkan bahwa di dalam Quran pun Allah sangat mencintai Anak yang shaleh dan shalehah dan bahkan menyebutkannya lebih indah yaitu dengan sebutan Permata Hati seperti diterangkan dalam Al Quran Surat Al Furqan : 74 yang isinya adalah:
Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa".
Disini disebutkan bahwa keturunan yang Qurrata A'yun atau diartikan sebagai anak yang sebagai penyenang hati atau sebagai permata hati dan bukan hanya disebutkan sebagai keturunan yang Shalihun (shaleh).

Kategori inilah banyak yang diidam-idamkan oleh semua orangtua karena anak tidak hanya sebagai perhiasan dunia saja tetapi juga sebagai penolong di akhirat kelak kenapa? karena disebutkan juga dari Abu Hurairah RA. bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Apabila seorang anak Adam mati putuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah yang mengalir atau ilmu yang memberi manfaat kepada orang lain atau anak yang shaleh yang berdoa untuknya. (HR. Muslim dan lainnya)
Disebutkan oleh beliau apabila sudah di hari penghitungan nanti anak yang shalehlah yang dapat menolong bapak ibunya dari panasnya api neraka, apabila orangtuanya memiliki dosa yang banyak maka anaknya lah yang menolongnya untuk mengurangi timbangan hisabnya, anaknya lah yang menunggu bapak ibunya ketika berada di pintu surga untuk memasuki surga bersama orangtuanya, anaknya lah yang dapat meninggikan derajat orangtuanya di surga, bahkan dapat memindahkan orangtua nya ke surga yang paling tinggi yaitu surga Firdaus.

Seperti halnya yang disebutkan oleh Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah bersabda: 
Sungguh seorang manusia akan ditinggikan derajatnya di surga (kelak), maka dia bertanya: Bagaimana (aku bisa mencapai) semua ini? Maka dikatakan padanya: (Ini semua) disebabkan istigfar (permohonan ampun kepada Allah yang selalu diucapkan oleh) anakmu untukmu”. (HR. Ibnu Majah, Ahmad dan lainnya)


Tapi ingat!!! doa yang dikabulkan hanya untuk anak yang shaleh. Jadi apabila anak mendoakan orangtua nya tetapi anak tersebut melakukan maksiat, tidak akan sampai doa anaknya itu kepada orangtua nya, ibarat cahaya matahari yang gagal menyinari dataran karena terhalang oleh mendungnya awan, begitu pula doa anak akan memantul tidak akan mencapai bapak ibunya kalau anaknya sendiri melakukan maksiat dan tidak bertobat.

Begitulah kurang lebih ceramah yang disampaikan oleh Ustadz tersebut, semoga kita semua dapat menjadi anak yang shaleh yang bisa sebagai Qurrata A'yun dan dapat berbakti kepada orangtua kita tersayang dan dapat selalu mendoakan bapak ibu kita yang terbaik untuk menolongnya di dunia maupun di akhirat kelak dan mudah-mudahan juga kita dapat mempunyai anak yang Qurrata A'yun juga yang dapat sebagai penolong kita di dunia dan di akhirat pula. Aamiin Ya Allah.

Bhoqist Bhosky

Comments