LIMA FUNGSI KENABIAN

Wahai nabi (Muhammad SAW) sesungguhnya Kami mengutusmu kepada seluruh ummat manusia agar menjalankan fungsi ketauladanan (Syaahidan), memberikan berita gembira (Mubasysyiran), memberi peringatan (Nadziran), mengajak kembali kepada (agama) Allah dengan izin-Nya dan menjadi pelita penerang (Al-Ahzab : 45-46)

I. Pengantar

Pada tanggal 12 Rabiu'ul Awwal adalah dimana lahirnya nabi agung, nabi akhir zaman yakni nabi kita nabi Muhammad SAW. Nabi yang kita cintai itu, sudah lama pergi meninggalkan kita. Secara fisik tidak pernah berjumpa dengan beliau, tapi secara Ruhani kita rindu dengan beliau. Setiap kita menjalankan shalat fardhu lima waktu, kita ucapkan salam kepada beliau "Assalamu'Alaika Ayyuhan Nabiyyu Warahmatullahi Wabarakatuh". Berbeda dengan para sahabat yang hidup sezaman dengan beliau, mereka bercengkrama, bertanya dan bahkan makan bersama dengan nabi yang mulia itu.

Oleh karena itu, secara keruhanian, aqidah Islamiyah, beliau masih memandu, membimbing, dan bahkan mendidik kita sampai akhir zaman. Beliau memandu kita melalui sabda-sabda beliau (Al-Hadist) dan Wahyu Al-Qur'an yang sangat kita cintai dan kita sucikan bersama. Itulah kenapa, ketika kita duduk bersimpuh bertahiyat menghadap Allah SWT. Kita wajib untuk salam kepada beliau dengan berkata: "Assalamu'Alaika Ayyuhan Nabiyyu Warahmatullahi Wabarakatuh".

Apa artinya? Secara fisik beliau sudah tiada, namun secara keruhanian, aqidah Islamiyah beliau masih bersama kita. Rohani kenabian itu kita sebut fungsi kenabian.

Fungsi kenabian tidak boleh sirna dan berhenti bekerja. Karena jika fungsi kenabian itu stagnan dan tidak lagi menjalankan tugas-tugasnya, maka binasalah ummat manusia dan bahkan kehancuran alam semesta. Maka siapakah yang menjalankan fungsi kenabian itu, terutama pada zaman Reformasi ini, zaman era pasar bebas, zaman yang sudah jauh jarak dan rentang waktu antara Rasulullah SAW hidup dan kita sekarang ini sekitar empat belas abad yang lalu.

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Para ulama adalah pewaris (fungsi) kenabian". Jadi Ulama adalah pewaris nabi. Seyogyanya kita yang terpanggil menjadi Muballigh, Ustadz, Juru Da'wah, dan orang-orang yang menggunakan waktunya untuk kepentingan syi'ar da'wah dan para aktifis Islam hendaklah merasakan dan mengambil alih tugas dan fungsi kenabian yang mulia ini.

II. Fungsi Kenabian

Dari ayat yang disalin pada awal tulisan ini (Al-Ahzab: 45-46) digariskan lima fungsi kenabian;

  1. Syaahidan
  2. Mubasysyiran
  3. Nadziran
  4. Daa'iyan Ilallah
  5. Siraajan Muniira

Fungsi kenabian pada hakikatnya berkaitan dengan persoalan yang sangat mendasar yakni bagaimana mengubah perilaku manusia dari perilaku jahiliyah yang tidak beriman (kafir) menjadi perilaku yang beriman dan beradab (Akhlaqul Karimah). Inilah tugas semua nabi dan Rasul mengajak manusia untuk meninggikan kalimat Tauhid "Laa Ilaaha Illallah". Tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Allah.

Keyakinan terhadap makna Kalimat Tauhid ini mampu membebaskan manusia dari keterbelakangan, perbudakan, kebodohan dan kemiskinan. Kalimat ini mampu mengantarkan manusia kepada kemerdekaan yang sebenar-benarnya. Tidak hanya kemerdekaan politik tapi kemerdekaan dalam berbagai aspek kehidupan, merdeka dalam bidang sosial kemasyarakatan, merdeka dalam bidang ekonomi dan budaya. Karena seorang muslim tidak boleh tergantung kepada makhluk, hanya bergantung kepada Allah semata. Apalagi bergantung kepada pihak asing dalam berbagai bidang kehidupan. Umat Islam harus merdeka dengan kalimat tauhid "Laa Ilaaha Illallah".

1. Fungsi Ketauladanan (Syaahidan)

Manusia pada dasarnya diciptakan dengan sebaik-baik ciptaan. Artinya ada dua unsur pokok elemen dasar yang membangun struktur ciptaan manusia. Yakni pertama unsur Ruh yang bersumber dari unsur Allah SWT yang Maha Kudus (Kesucian). Jadi dalam diri manusia ada unsur ciptaan yang cenderung kepada kesucian (Malaikat). Manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan kepada kebaikan, kebenaran (Al-Haq).

Tapi sebaliknya dalam diri manusia ada juga unsur tanah bumi yang menopang jasmani yang bersifat fisik dan duniawi. Unsur nafsu duniawi yang berlebihan memiliki kecenderungan merusak dan jahat (As-Syaithan). Unsur malaikat dan syaithan dalam diri manusia berbanding fifty-fifty (50%-50%). Artinya ketika manusia dilahirkan, kemungkinan untuk menjadi manusia yang baik 50%, dan kemungkinan untuk menjadi manusia yang jahat juga 50%.

Oleh karena itu Rasulullah SAW menyebutnya dengan istilah Fitrah. Setiap manusia kata Rasulullah SAW, dilahirkan dalam kondisi Fitrah. Maka kedua orang tuanya lah (lingkungan) yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Oleh karena itu untuk mewujudkan dan membentuk manusia yang baik perlu didorong dengan menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif dengan memberikan contoh dan ketauladanan yang baik. Sebab manusia adalah makhluk yang sangat mudah beradaptasi, termasuk beradaptasi dengan kondisi dan situasi yang baik.

Rasulullah bukan hanya mampu memberikan contoh dan ketauladanan, namun beliau adalah contoh dan ketauladanan itu sendiri. Kehidupan Rasulullah dalam 24 jam adalah suri tauladan umat manusia. Mulai dari cara tidur, bangun, makan, minum, berkeluarga, bekerja dan berinteraksi dengan sesama dan makhluk Allah yang lain, seluruh peri kehidupan Rasulullah adalah contoh yang baik bagi manusia (Uswatun Hasanah).

2. Fungsi Memberi Motivasi (Mubasysyiran)

Rasulullah adalah motivator ulung. Seorang sahabat datang kepada beliau. Lalu berkata: "Ya Rasulullah, ajarkan kepada saya Islam, namun perlu diketahui bahwa profesi saya adalah penjudi, suka main perempuan, dan sering mabuk-mabukkan meminum-minuman keras". Rasulullah menjawab "Silahkan duduk, kamu saya terima dalam keislaman, tapi kamu harus shalat berjamaah bersama saya lima kali dalam sehari semalam, Bagaimana, kamu siap?".

Laki-laki itu menjawab: "Siap", lalu Rasulullah menjabat tangannya, seraya mengajarkan kalimat syahadat untuk berikrar dalam keislaman. Saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu adalah Rasul Allah.

Sahabat itupun kemudian pergi dan berlalu. Dia kembali kepada kebiasaan dan kehidupan semula. Kira-kira enam bulan kemudian, orang itupun datang lagi menghadap Rasulullah, seraya melaporkan bahwa perjudiannya sudah bangkrut, hobi main perempuannya sudah tidak mood lagi, dan tidak lagi menenggak minum-minuman keras.

Rasulullah menukas, "Sekarang apa maumu dan rencanamu kedepan?". Orang itu berkata bahwa dia akan hidup seperti hidupnya Rasulullah, tidak berjudi, tidak main perempuan dan tidak akan mabuk-mabukkan lagi. Lantas turunlah ayat (QS 29: 45) mengenai fungsi shalat:

Bacakanlah wahyu yang disampaikan kepadamu dari Al-Kitab (Al-Qur'an) Dirikanlah shalat, Sesungguhnya shalat itu mencegah orang dari berbuat keji dan munkar, dan sungguh mengingat Allah (Shalat) lebih besar manfaatnya dari yang lain. Dan Allah mengetahui apa saja yang kamu kerjakan. (QS 29 : 45).

3. Fungsi Memberi Peringatan (Nadziran)

Jika kita tarik benang biru da'wah Islam, menurut QS 3 : 104 Allah berfirman:

"Dan hendaklah ada di antara kalian suatu ummat (organisasi) yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh berbuat baik dan mencegah berbuat munkar, dan mereka inilah orang-orang yang menang".

Maka dalam ayat ini ditemukan ada dua hal yang menjadi benang biru da'wah Islam;

  1. Amar Makruf
  2. Nahi Munkar

Untuk mengajak orang melakukan kebaikan-kebaikan dan manfaat-manfaat yang berguna bagi kemanusiaan, pada dasarnya tidak ada resiko dan akibat yang membahayakan seorang penda'wah. Oleh karena itu benang merah da'wah amar makruf termasuk menjalankan fungsi Mubasysyiran (berita gembira dan harapan). Karena menyuruh dan mengajak orang berbuat baik tidak ada resiko.

Tapi menjalankan benang merah kedua yakni mencegah orang berbuat yang munkar, diperlukan sebuah kekuasaan yang terorganisasi. Kekuasaan yang terorganisasi itu dinamakan negara. Sebab mencegah kemunkaran tidak bisa dilakukan oleh individu atau orang-perorangan, apalagi tidak memiliki kekuatan sama sekali.

Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan kekuasaan yang ada di tangannya". Jadi amar perintah mengubah kejahatan dan kemunkaran menjadi kebaikan dan kemanfaatan, ujung tombaknya terarah pertama kali kepada si pemilik kekuasaan, pemerintah atau negara. Baru kemudian setelah itu kepada Ulama, muballigh, intelektual, penulis atau si pemilik lidah kebenaran.

Ketika fenomena sosial marak dengan maksiat, pornografi, perjudian, perzinaan, dan bahkan korupsi, maka yang paling bertanggung jawab adalah pemerintah yang sedang memegang kekuasaan. Para ulama, muballigh, dan intelektual dan penulis perlu mendorong pemerintah dan bergandengan tangan untuk melakukan nahi munkar.

Jadi fungsi Nadziran pada dasarnya, yang paling efektif dijalankan oleh negara/pemerintah. Dalam hal ini negara yang berdasarkan atas hukum. Pemerintah berkewajiban menjalankan fungsi kenabian yakni penegakan atas hukum kepada siapa saja tanpa pilih kasih. Bahkan Rasulullah SAW pernah bersabda: "Seandainya Fatimah anak Muhammad mencuri akan aku potong tangannya".

Jika kita ingin memaafkan kesalahan seseorang, itu adalah akhlak yang mulia. Namun harus jelas bagi kita kesalahan orang yang dimaafkan itu apa. Yang bisa menentukan orang bersalah atau tidak bersalah adalah pengadilan yang amanah. Setelah ada proses pengadilan yang amanah itu, baru setelah itu dimunculkan sikap pemaaf. Karena sikap pemaaf tidak menafikan fungsi kenabian yang bernama Nadziran, atau penegakkan hukum.

4. Fungsi Mengajak Kembali Kepada Agama (Daa'iyan Ilallah)

Perubahan yang dikehendaki oleh islam, bukanlah perubahan tanpa agama. Sebab perubahan tanpa dibimbing oleh nilai-nilai agama Islam adalah perubahan yang kacau dan menuju kepada kehancuran. Reformasi yang kita gagas, yang kita bangun, bukanlah reformasi yang bebas dari nilai-nilai agama Islam. Sebab kalau itu yang kita inginkan, kita akan setback ke belakang, mundur ke peradaban jahiliyah, yang saling bunuh, saling menipu, dan tidak memuliakan kaum wanita.

Perubahan masyarakat haruslah dijalankan atas dasar agama. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pertumbuhan ekonomi tidak serta merta membawa masyarakat kepada kebahagiaan, keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran.

Kesejahteraan yang dibangun sebaiknya berangkat dari ketaqwaan, keimanan, keyakinan yang kuat terhadap agama. Dalam hal ini agama yang berlandaskan kepada ajaran Tauhid. Negara berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa. Maknanya tidak bisa ditafsirkan selain keimanan dan keyakinan Tauhid kepada Allah SWT.

Negara Indonesia diperjuangkan kemerdekaannya oleh orang-orang yang memiliki aqidah keyakinan yang sangat kuat. Mereka bahkan mengorbankan apa saja yang mereka miliki, termasuk darah dan nyawa yang mereka miliki.

5. Mencerdaskan Manusia (Siraajan Muniira)

Kata "Siraajan Muniira" artinya pelita yang menerangi. Para Ulama sepakat bahwa yang dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan. Karena ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan, memudahkan hidup dan mengangkat derajat manusia dengan cahaya ilmu. Seorang nabi diutus adalah untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat yang menerima ajarannya. Rasulullah SAW mempersiapkan kader-kader da'wah terampil dan cerdas. Tidak saja terampil dalam membaca kitab suci Al-Qur'an dan Al-Hadist, tapi juga terampil dalam ilmu-ilmu praktis untuk mengelola kehidupan ini. Ilmu berdagang, berperang, bertani, dan keterampilan praktis lainnya.

Ilmu adalah cahaya Allah yang dapat memudahkan kehidupan manusia. Sehingga suatu ketika Rasulullah bersabda, "Tuntutlah ilmu pengetahuan itu, meskipun ke negeri China". Belajar ke negeri China tentu bukan mencari ilmu-ilmu agama, tapi menuntut ilmu-ilmu praktis untuk mengelola dan memudahkan kehidupan umat manusia.

Pada awal abad ke 18 Inggris orang-orang yang berilmu, menguasai IPTEK ke Australia. Sehingga mereka yang menguasai IPTEK itu dapat melakukan perubahan di Australia, atau mengubah Australia seperti sekarang ini. Negeri yang maju, sejahtera dan berilmu pengetahuan. Tapi sebaliknya pada awal abad ke 19, Belanda mengirim bangsa kita, orang Jawa ke Suriname. Dan Suriname tidak banyak berubah. Suriname hanya menjadi Suriname yang kita lihat seperti sekarang ini. Karena yang dikirim bukanlah orang yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Jadi untuk mengubah suatu masyarakat menjadi bangsa yang cerdas, majukan pendidikan dan berikan dukungan terwujudnya budaya belajar atau learning society. Oleh karena itu wahai umat Islam mari kita dukung pendidikan yang berkualitas.

Ada tiga komponen penting yang dapat mengantarkan kita kepada pendidikan yang bermutu.

  1. Guru-guru yang memiliki komitmen terhadap pendidikan yang berkualitas. Karena guru-guru itu adalah ujung tombak pendidikan kita. Kalau nasib guru jelek, standar hidupnya rendah, maka dia akan menjadi profesi guru sebagai sambilan, setelah mengajar juga ngojek pulang sekolah.
  2. Yayasan-yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan harus sungguh-sungguh dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas itu. Yayasan Islam harus dibantu dan didukung dan dikontrol oleh masyarakat agar supaya bersungguh-sungguh menjaga dan meningkatkan mutu sekolah-sekolah yang ada di bawah binaannya.
  3. Pemerintah sebagai penanggung jawab pendidikan nasional. Seyogyanya 20% anggaran pendidikan yang telah ditetapkan oleh konstitusi (UUD) harus benar-benar efektif tersalurkan kepada lembaga pendidikan yang ada. Jangan sampai ada satu senpun yang dikorupsi oleh pejabat pemerintah.
Jika fungsi-fungsi kenabian Siraajan Muniira dijalankan, bangsa ini akan cerdas, bangsa ini akan maju dan berkah. Karena ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu faktor perubahan. Faktor yang mengubah masyarakat tradisional menjadi bangsa yang beradab, masyarakat modern dan berbudaya, sesungguhnya adalah faktor Ilmu Pengetahuan. Wallahu 'Alam.

Sumber:
Buletin Jum'at Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Edisi : 595 / I / 2015 | 11 Rabiul Awal 1436 / 02 Januari 2015

Comments