MENGENAL OSTEOPOROSIS

Sumber: https://aido.id/diseases/osteoporosis/detail

Osteoporosis berasal dari kata "osteo" dan "porous", yang berarti "tulang" dan "berlubang-lubang" atau "keropos". Oleh karena itu, osteoporosis dapat diartikan sebagai "tulang yang keropos"

Tulang bukanlah organ padat seperti yang terlihat pada tulang yang utuh, tetapi di dalam tulang terdapat rongga-rongga yang berisi sumsum tulang. Pada tulang normal, rongga-rongga tersebut berukuran kecil-kecil tersusun padat dengan penyekat-penyekat yang tebal. Pada keadaan osteoporosis, ukuran rongga-rongga tersebut bertambah besar, dinding penyekat rongga lebih tipis, sehingga tulang menjadi keropos (Gambar 1). Tulang yang keropos lebih rapuh dibanding tulang normal.

Gambar 1: Sumber: https://www.beritasatu.com/news/227330/gaya-hidup-aktif-penting-untuk-kesehatan-tulang

Osteoporosis & Osteoartritis

Banyak orang bingung dengan perbedaan antara osteoporosis dan osteoartritis. Osteoporosis adalah suatu keadaan di mana tulang secara keseluruhan menjadi keropos karena kepadatan massa tulang berkurang, sehingga rongga-rongga di dalam tulang bertambah besar. Osteoporosis, sekali lagi, membuat tulang menjadi rapuh.

Osteoartritis atau pengapuran sendi adalah suatu keadaan dimana tulang rawan pelapis ujung tulang pembentuk sendi menipis, sehingga ujung tulang tersebut saling bergesekan langsung dan menyebabkan sendi terasa kaku dan nyeri.

Osteoartritis merupakan penyebab utama nyeri sendi, khususnya sendi pinggul dan lutut, terutama pada orang di atas 45 tahun, sementara osteoporosis tidak pernah menyebabkan nyeri sendi sama sekali. Banyak orang berpendapat secara keliru bahwa osteoporosis dapat menyebabkan nyeri sendi. Jadi osteoporosis adalah penyakit pada tulang, sementara osteoartritis adalah kelainan pada (tulang rawan) sendi.

Masalah Serius

Dewasa ini, osteoporosis dipandang oleh para ahli kesehatan sebagai masalah kesehatan yang serius setara dengan kanker dan kegemukan. Indonesia White Paper memperkirakan sekitar 28,8% atau 3,6 juta wanita Indonesia di atas 50 tahun menderita osteoporosis.

Masalah utama yang timbul pada osteoporosis adalah bahwa tulang yang rapuh (akibat osteoporosis) tersebut lebih mudah patah dibanding tulang normal. Hal ini berarti bahwa kecelakaan atau jatuh ringan (seperti terpeleset) dapat mengakibatkan patah pada tulang yang mengalami osteoporosis. Bahkan batuk yang keras dapat menyebabkan patah ruas-ruas tulang belakang.

Pada penderita osteoporosis, tulang yang paling beresiko mengalami patah adalah:

  • Tulang pergelangan tangan (Gambar 2)
  • Tulang panggul (Gambar 3)
  • Ruas tulang belakang (:Gambar 4)

Patah tulang tersebut bukan saja membutuhkan biaya perawatan yang tidak sedikit, tetapi juga dapat menurunkan kualitas hidup dan bahkan kematian. Sebagai contoh, patah pada tulang paha menyebabkan penderita perlu dirawat di rumah sakit dan harus dioperasi sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tidak murah.

Menurut suatu penelitian, separuh dari penderita patah tulang tersebut tidak dapat berjalan normal kembali dan sepertiga di antaranya membutuhkan perawatan khusus seumur hidup sehingga kualitas hidupnya menurun. Yang lebih menakutkan, sekitar 20% penderita tersebut akhirnya meninggal akibat komplikasi (infeksi paru dan saluran kencing) yang dapat terjadi pada orang tua yang harus berbaring dalam waktu lama.

Gambar 2: Sumber: https://www.klikdokter.com/info-sehat/tulang/fungsi-tulang-pergelangan-tangan

Gambar 3: Sumber: https://sumsel.antaranews.com/berita/679017/menabung-tulang-sejak-dini-cegah-osteoporosis

Gambar 4: Sumber: https://www.gatra.com/news-427564-kesehatan-penyakit-senyap-bernama-osteoporosis.html

Penyebab

Untuk memahami terjadinya osteoporosis, perlu diketahui apa yang terjadi pada tulang manusia, mulai dari masa kanak-kanak sampai lanjut usia.

Tulang memiliki beberapa fungsi. Salah satu fungsi penting tulang adalah sebagai penyangga atau kerangka tubuh manusia. Tulang tersusun atas berbagai macam sel yang hidup dan berada di dalam suatu bahan (disebut matriks), yang terdiri atas bahan anorganik (mineral) dan bahan organik (terutama berupa protein). Mineral terpenting di dalam tulang adalah kalsium (zat kapur).

Tulang merupakan organ tubuh yang hidup, dalam arti selalu mengalami regenerasi; jaringan tulang yang lama dirombak untuk digantikan oleh jaringan tulang yang baru. Di dalam tulang terdapat dua jenis sel yang berperan penting dalam proses regenerasi tulang. Sel yang berfungsi melakukan penyerapan (perombakan) tulang disebut osteokals, sementara sel yang bertugas melakukan pembentukan tulang (baru) adalah osteoblas.

Proses regenerasi tulang merupakan suatu proses kerja sama yang saling terkait erat antara sel osteoklas dan osteoblas. Proses pembentukan tulang (yang baru) oleh osteoblas harus selalu diawali oleh proses perombakan tulang (yang lama) oleh osteoklas.

Sepanjang hidup, tulang mengalami 3 tahap proses regenerasi, yaitu (1) tahap pertumbuhan, (2) tahap pemadatan, dan (3) tahap menurunkan (Gambar 5)

Ketiga tahap proses regenerasi tulang tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Tahap pertumbuhan (tahap pertama) berlangsung sejak masa bayi sampai usia 16-18 tahun untuk laki-laki dan 14-16 tahun untuk wanita. Pada tahap ini, proses pembentukan tulang baru oleh osteoblas berlangsung lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan proses penyerapan tulang oleh osteoklas, sehingga tulang tumbuh bertambah besar, panjang dan padat sesuai dengan ukuran tubuh seseorang yang bertambah besar dan tinggi.
  2. Tahap pemadatan (tahap kedua). Setelah proses pertumbuhan selesai, tulang mengalami proses pemadatan massa tulang, sehingga massa tulang menjadi semakin padat. Proses ini mencapai puncaknya pada usia sekitar 30 tahun. Pada usia 30-40 tahun, massa tulang berada dalam keadaan tetap dan stabil, dalam arti terjadi keseimbangan yang harmonis antara proses penyerapan tulang oleh osteoklas dan pembentukan tulang oleh osteoblas.
  3. Tahap penurunan (tahap ketiga). Tahap ini dimulai setelah usia 40an tahun, di mana mulai terjadi ketidak-seimbangan aktivitas osteoklas dan osteoblas, di mana proses penyerapan tulang oleh osteoklas berlangsung lebih cepat dibanding proses pembentukan tulang oleh osteoblas. Pada tahap inilah dimulai proses osteoporosis dengan derajat yang berbeda-beda untuk setiap orang tergantung ada tidaknya faktor-faktor terjadinya osteoporosis.
Osteoporosis disebabkan oleh ketidak-seimbangan antara proses penyerapan dan pembentukan tulang, di mana proses penyerapan tulang oleh osteoklas berlangsung lebih cepat dibanding proses pembentukan tulang oleh osteoblas. Dengan kata lain, pada osteoporosis terjadi perombakan tulang secara berlebihan yang tidak diikuti oleh proses pembentukan tulang dalam jumlah yang cukup, sehingga tulang menjadi keropos.

Osteoporosis lazim dialami oleh orang lanjut usia sebagai akibat proses penuaan yang bersifat alami dan disebut osteoporosis senilis (osteoporosis akibat lanjut usia) dan dapat dialami baik oleh wanita maupun pria.

Osteoporosis juga dapat terjadi akibat penurunan jumlah hormon estrogen, seperti yang terjadi pada wanita yang telah mengalami menopause, baik yang bersifat alami ataupun akibat operasi pengambilan indung telur. Estrogen berfungsi menekan aktivitas osteoklas dalam proses penyerapan tulang, sehingga penurunan jumlah hormon estrogen akibat menopause akan menyebabkan hilangnya efek perlindungan tersebut dan berakibat meningkatnya aktivitas osteoklas dalam menyerap tulang.

Penurunan massa tulang pada wanita menopause berlangsung secara cepat dalam waktu 5 tahun pertama setelah terjadi menopause, dan kemudian berlangsung secara lebih lambat sepanjang sisa hidupnya. Osteoporosis semacam ini disebut sebagai osteoporosis pasca-menopause dan hanya dialami oleh wanita. Osteoporosis senilis dan osteoporosis pasca-menopause lazim disebut sebagai osteoporosis primer.

Selain akibat proses penuaan alami dan menopause tersebut, osteoporosis juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain, seperti obat-obatan dan penyakit yang mengganggu keseimbangan proses penyerapan dan pembentukan tulang. Obat yang jika diminum dalam waktu yang lama dapat menyebabkan osteoporosis adalah kortikosteroid (obat alergi dan penyakit rematik) serta obat anti-epilepsi. Sementara penyakit yang dapat mengakibatkan osteoporosis adalah kencing manis, gagal ginjal, dan kanker tulang. Osteoporosis semacam ini disebut sebagai osteoporosis sekunder.

Gambar 5: Sumber: https://www.cdr.co.id/kesehatan-tulang/kapan-tubuh-kita-memerlukan-suplemen-kalsium

Diagnosis

Osteoporosis pada umumnya tidak memberikan gejala apapun, sehingga sering disebut sebagai "silent disease". Penderita osteoporosis kebanyakan tidak merasakan gejala apapun, tetapi tulangnya rapuh sehingga mudah patah akibat benturan yang ringan.

Masyarakat awam (dan bahkan sebagian dokter) sering beranggapan secara keliru bahwa osteoporosis dapat menyebabkan nyeri sendi. Banyak penderita nyeri sendi lutut yang sebenarnya disebabkan pengapuran sendi, dianggap oleh dokter yang memeriksanya sebagai penderita osteoporosis dan mendapatkan pengobatan untuk osteoporosis

Gejala yang dapat dialami oleh penderita osteoporosis adalah nyeri punggung akibat tulang belakang retak atau patah. Banyak orang keliru beranggapan bahwa rasa nyeri atau tidak nyaman pada punggung, yang disebabkan oleh retak/patahnya ruas tulang belakang pada penderita osteoporosis, hanya merupakan nyeri punggung biasa.

Patah ruas tulang belakang yang terjadi berulang kali dapat menyebabkan berkurangnya tinggi badan dan punggung menjadi bungkuk. Tanpa pengobatan terhadap faktor penyebabnya, yaitu osteoporosis, punggung akan semakin bungkuk dan punggung terasa nyeri secara berkepanjangan.

Selain mengalami patah ruas tulang belakang, seseorang baru diketahui mengidap osteoporosis pada saat menderita patah tulang pinggul atau pergelangan tangan karena benturan yang ringan, seperti akibat terpeleset. Namun demikian, banyak penderita osteoporosis yang tidak merasakan gejala apapun.

Satu-satunya cara untuk mengetahui seseorang menderita osteoporosis adalah dengan melakukan pemeriksaan kepadatan massa tulang menggunakan alat yang disebut densitometri. Densitometri yang diakui oleh WHO adalah yang menggunakan teknologi DEXA (Dual Energy Xray Absorptiometry) (Gambar 6).

Dengan alat DEXA ini dapat diketahui derajat berat ringan nya osteoporosis. Jika nilai T yang diperoleh melalui pemeriksaan ini adalah < -1, maka kepadatan massa tulang normal, nilai T antara -1 sampai -2,5 disebut osteopenia (hampir osteoporosis) dan apabila nilai T > -2,5 berarti osteoporosis.

Masyarakat perlu waspada dengan alat pengukur osteoporosis yang menggunakan teknik ultrasonografi pada tulang tumit, karena hasilnya sama sekali tidak dapat dipercaya dan dijadikan pedoman untuk mendiagnosis osteoporosis. Masyarakat juga perlu cermat terhadap tawaran pemeriksaan darah untuk osteoporosis, karena pemeriksaan darah untuk menetapkan diagnosis osteoporosis hanya lazim dilakukan untuk penelitian saja dan tidak bermanfaat dalam proses pengobatan osteoporosis.

Densitometri merupakan pemeriksaan dengan sinar rontgen yang tidak menyakitkan dan hanya membutuhkan waktu 5-15 menit saja. Tulang yang diperiksa adalah pergelangan tangan, punggung, dan pinggul.

Gambar 6: Sumber: https://www.klikdokter.com/info-sehat/tulang/kenali-bone-mineral-densitometry-untuk-mendeteksi-osteoporosis

Pengobatan

Pengobatan osteoporosis bukan merupakan upaya yang dapat dilakukan sesaat, tetapi membutuhkan waktu yang lama. Tidak ada pengobatan tunggal yang manjur untuk osteoporosis, namun paduan dari beberapa hal sebagai berikut:

  1. Perubahan gaya hidup, yaitu menghentikan kebiasaan merokok serta minum alkohol dan kopi secara berlebihan (maksimal 1 cangkir/hari).
  2. Berolah raga untuk menambah kepadatan massa tulang.
  3. Minum tambahan kalsium dan vitamin D
  4. Bagi yang mengalami osteoporosis dalam waktu 5 tahun sejak menopause, pemberian terapi pengganti hormon (hormone replacement theraphy) sangat bermanfaat dalam mengobati osteoporosis.
  5. Pemberian obat golongan bifosfonat yang bermanfaat menghambat proses pembongkaran tulang oleh osteoklas. Bifosfonat merupakan obat yang paling penting dalam program pengobatan osteoporosis. Obat ini terbukti bermanfaat untuk memperbaiki kepadatan massa tulang dan mencegah berlanjutnya proses pengeroposan tulang.
Pencegahan

Osteoporosis dapat dicegah. Sama seperti pengobatan, pencegahan osteoporosis juga bukan usaha sesaat tetapi harus dilakukan seumur hidup. Pencegahan osteoporosis paling baik jika dilakukan sejak masa kanak-kanak dengan tujuan mencapai puncak tertinggi kepadatan tulang setinggi-tingginya pada usia 30an tahun.

Usia yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan olah raga secara teratur agar tulang mendapat beban yang optimal sehingga puncak kepadatan tulang mencapai tingkat setinggi-tingginya. Olah raga untuk mencegah osteoporosis yang dianjurkan bagi wanita muda adalah aerobik, jalan cepat, jogging, naik-turun tangga, dan skipping dengan tali. Prinsipnya adalah jenis-jenis olahraga yang mengandung unsur loncat dan pembebanan pada kedua anggota gerak bawah.

Selain olah raga, pencegahan dapat dilakukan dengan konsumsi kalsium paling sedikit 1000 mg/hari dan vitamin D 20 ug/hari. Vitamin D dapat diproduksi oleh kulit akibat paparan sinar matahari. Berjemur selama 10-15 menit sehari sudah memadai bagi kulit untuk menghasilkan cukup vitamin D yang diperlukan oleh tubuh. Vitamin D berfungsi membantu penyerapan kalsium oleh usus.

Masyarakat sering khawatir mengkonsumsi obat atau susu yang mengandung kalsium karena salah beranggapan bahwa minum kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau pengapuran sendi. Kekhawatiran tersebut keliru karena terjadinya batu ginjal dan pengapuran sendi sama sekali tidak berhubungan dengan jumlah kalsium yang masuk ke dalam tubuh seseorang.


Oleh:
DR. Bambang Kisworo, SPOT
Spesialis Orthopaedi & Traumatologi
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Sumber:
Natasha | Edisi XXIX | November - Desember 2012

Comments