BERKEMBANG BERSAMA EKONOMI KREATIF

Januari 2012 ini adalah ulang tahun ke-130 dari Alan Alexander Milne, penulis Inggris yang terkenal lewat karyanya, Winnie the Pooh. Ketika pertama kali diluncurkan tahun 1926, kisah si beruang Winnie tersebut amat populer sehingga Walt Disney mengangkatnya ke serial televisi.

Sumber: http://blog.sceneclips.com/film-investing/independent-film-financing-problems

Meski Winnie the Pooh bukan serial pertama Disney di layar kaca, namun ide kreatif Disney kala itu berhasil mendobrak pakem industri hiburan. Winnie the Pooh mencatat sukses luar biasa, bahkan sampai hari ini, dan dianggap sebagai salah satu pelopor industri kreatif.

Suksesnya industri kreatif di Amerika adalah hal yang lumrah. Apalagi, mereka sudah puluhan tahun mengawalinya. Namun, di Indonesia ada titik terang bagi industri tersebut untuk berkembang, terutama setelah dibentuknya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Renata, pelaku ekonomi kreatif di Kelapa Gading, membenarkan bahwa peluang ekonomi kreatif di Indonesia saat ini terbuka lebar. Karena itulah, berbekal pendidikan desain komunikasi visual dan keterlibatannya sebagai pekerja kreatif di advertising agency selama empat tahun, ia memberanikan diri membuka usaha design di bawah bendera Caleo Design.

Hal senada juga diungkapkan Ades Aulia, pelaku ekonomi kreatif yang juga staf pengajar di Internasional Design School. "Saya melihat setidaknya ada usaha yang bisa dilakukan pemerintah dan memfasilitasi bidang kreatif, tapi kita juga menantikan langkah konkretnya," tutur motivator ekonomi kreatif ini.

Selain kementerian, kata Adez, langkah penting lainnya yang dibutuhkan oleh pelaku ekonomi kreatif dari pemerintah adalah kebijakan.

Bandingkan misalnya, jelas Adez, industri kreatif di Inggris yang sejajar dengan industri finansial. Di Amerika, lanjutnya, industri kreatif berada di urutan kedua setelah industri senjata. "Ini hal yang luar biasa, kedua negara ini menempatkan ekonomi kreatif di posisi penting, sebagai penggerak ekonomi negara," katanya.

Adez mengemukakan, industri kreatif memiliki dua ciri khusus. Pertama, industri tersebut bertumpu pada ide dan bukan modal, karena kreativitas lahir dari otak. Kedua, daya berkembangnya yang luar biasa. Industri konvensional seperti industri gula butuh dua bahkan tiga generasi untuk menjadi industri yang besar. Lain halnya dengan bisnis kreatif. Ketika dimulai pada usia 23 tahun, maka pada usia 26 tahun, sang pelaku industri kreatif sudah bisa jadi miliuner, seperti yang terjadi pada Mark Zuckerberg, sang pencipta situs jejaring sosial Facebook.

Di mata Renata, modal utama bisnis kreatif memang ide. "Soal harga bisa mengikuti, namun dengan pengetahuan dan dengan latihan kita bisa menghasilkan karya-karya terbaik," ujar gadis berambut panjang itu.

Sumber: http://flipmagz.blogspot.com/2011/08/ndustri-musik-indie-indonesia.html

Serba-Serbi Bisnis Kreatif

Orang kreatif biasanya punya sertifikat hak paten. Sertifikat ini bisa digunakan ke bank untuk mendapatkan pinjaman. Problemnya, bank juga tidak mau memberi pinjaman tanpa jaminan dari pemerintah. "Di sinilah tugas pemerintah memberikan jaminan tersebut, inilah bentuk dukungan konkret, tidak cukup dengan doa dan dukungan moril agar industri kreatif dalam negeri berkembang," jelas Adez.

Sejumlah negara Asia sudah melakukan hal itu. Di Singapura misalnya, setiap perusahaan potensial diberikan sejumlah dana segar, sementara di Malaysia industri kreatifnya mendapat potongan pajak.

"Yang kita perlukan dari pemerintah adalah dukungan konkret yang bisa dirasakan langsung oleh pelaku ekonomi kreatif. Ironisnya yang terjadi ketika produk kreatif ini terwujud seperti film justru dipajaki, padahal belum ada dukungan konkret itu tadi," papar Adez.

Adez membagi ekonomi kreatif dalam beberapa hal. Pertama, penyedia konten, yaitu orang yang menghasilkan karyanya seperti industri film, animasi, dan game. Kedua, broadcaster, termasuk di dalamnya industri radio, televisi, media, penerbit, dan percetakan. Ketiga adalah desainer, yang merancang namun belum tentu memproduksi, seperti web designer, arsitek, dan perancang busana. Keempat adalah industri food and beverage, yang terkait dengan lifestyle. Kelima, mereka yang masuk ke pemasaran, yaitu marketing dan agensi iklan.

Saat ini, banyak orang yang terjun ke dunia kreatif tetapi ketika melihat ekonomi riilnya, mereka kecewa dan kembali ke "habitat" lamanya, karena memang dari sisi pendapatan belum sebagus yang dibayangkan. Padahal, jika digeluti dengan profesional, kata Renata, "Industri ini akan tumbuh dan menguntungkan. Apalagi, industri ini juga kompetitif."

Belum lagi, ungkap Adez, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan semakin banyaknya kelas menengah baru, permintaan produk kreatif dipastikan bakal meningkat. "Pada generasi menengah saat ini, kata kuncinya adalah keren. Ingin bikin rumah yang keren, animasi yang keren, menciptakan hal-hal keren. Di situlah supply dan demand bertemu di dalam industri kreatif."

Sumber: http://www.123rf.com/photo_5518457_radio-dj-in-the-broadcasting-studio.html

Pelajari SyaratnyaBagaimana memulai bisnis kreatif? Adez memberi sejumlah tip. Di antaranya: Buatlah karya yang bagus, bergabung dengan komunitas,dan pelajari entrepreneurship.

Ya, orang kreatif pun perlu belajar entrepreneurship, karena sekadar kreatif tanpa mengerti bisnis tidak akan menghasilkan apa-apa. "Kita harus jadi orang yang dicari orang. Kalau kita yang mencari orang, maka kita akan didikte orang," saran Adez. Menurut alumnus Universitas Parahyangan ini, di Indonesia masih banyak pelaku industri kreatif yang belum bisa fokus. Ia yang membuat produk sendiri, ia pula yang menjual karyanya sendiri, sehingga hasilnya tidak maksimal karena waktunya terbagi untuk berkarya dan menjual hasil karyanya.

Entrepreneur yang kreatif harus bisa mengombinasikan idealisme dan jiwa bisnis. "Kuncinya cuma satu: be creative entrepreneur, pelajari bisnis. Misalnya, jangan hanya berhenti pada bikin website, tapi ketahui bagaimana caranya agar website itu bisa menghasilkan uang, sehingga bisa menghasilkan yang 'aneh-aneh,' karena yang 'aneh-aneh' itu justru bisa menjadi sesuatu yang besar," tegas Adez.

Nah, Anda siap menjadi entrepreneur yang kreatif?

Sumber:
Mediakawasan - Januari 2012

Comments