HARMONI, UPAYA MENYELARASKAN AMBISI DAN KONDISI

Kata "ambisi" dalam kamus umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai gairah atau nafsu untuk mendapatkan pangkat atau kedudukan. Terlihat betapa makna denotatif dari kata tersebut seolah sudah tak bisa lagi dilepaskan dari makna konotatif yang memang terkesan negatif.

Padahal, jika kata "ambisi" diartikan secara netral sebagai gairah atau keinginan kuat untuk mencapai sesuatu, maka seorang muslim atau muslimah dapat saja memiliki ambisi-ambisi tertentu. Malah hal itulah yang membuatnya bersemangat dalam menjalani kehidupan di dunia ini.


Bahkan Islam sendiri sangat menganjurkan pemeluknya untuk senantiasa membuat planning dalam kehidupan ini, termasuk untuk persiapan kehidupan yang lebih hakiki kelak di akhirat. Kita perlu mempersiapkan perbekalan yang cukup. Tidak bisa kita berprinsip, "Ah... bagaimana nanti saja." Perkataan itu seharusnya dibalik menjadi, "Nanti bagaimana, seandainya saya tidak mempersiapkan diri?" Sehingga kita perlu membuat rencana atau target yang ingin kita capai dalam tempo dekat, atau kelak di kemudian hari. Ini biasa dikenal sebagai rencana jangka pendek, menengah, dan panjang.
Sumber: http://palembang.tribunnews.com/2011/05/24/ambisi-modal-meraih-prestasi-kerja

Selanjutnya setelah melakukan perencanaan, prinsip manajemen berikutnya perlu kita perhatikan juga yakni organizing. Bagaimana kita mengumpulkan dan menata sumber daya manusia dan sumber daya alam untuk perealisasian rencana-rencana kita, termasuk menentukan skala prioritas kerja. Sahabat utama Ali Karamallahuwajhah pernah berucap, "Kebenaran yang tidak terorganisir secara baik akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir dengan baik."

Lalu bila tiba saat pelaksanaan -actuating- dari semua rencana, hendaknya kita melakukannya seihsan atau sebaik mungkin. Karena Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan dan bekerja dengan baik pula. "Wallahu yuhibbul muhsinin" (QS. 3:134). Dalam satu hadits disebutkan bahwa Allah mewajibkan kita berbuat ihsan dalam segala perkara. "Innallaha katabal ihsan 'ala kulli sya'in."

Terakhir masalah controlling. Pelaksanaan atau realisasi rencana-rencana itu harus diawasi dan juga dievaluasi secara cermat. Apakah masih ada kekurangan atau kelemahan dalam rencana kita? Bila kita telah berusaha secara maksimal sebagaimana diperintahkan Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah, namun masih banyak ambisi, rencana atau target-target yang belum tercapai hendaknya kita bertawakal, mengembalikan kapada Allah. Karena kita bisa saja berencana, namun kita harus selalu ingat rencana-rencana Allah saja yang mutlak berlaku. Bisa saja terjadi dalam kehidupan manusia ambisi-ambisi yang dimilikinya tidak semua tercapai karena terbentur kondisi atau keterbatasan-keterbatasan. Ada kondisi-kondisi tertentu yang mengharuskan kita menyelaraskan ambisi, keinginan, dan rencana kita dengan kehendak Allah. "Dan tidaklah berkehendak melainkan apa yang dikehendaki oleh Allah, Rabb semesta alam." (QS. 81:29).


Sumber: http://www.axa-financial.co.id/about/ambisi-dan-nilai-nilai-axa-financial

Allah SWT menciptakan alam semesta dan manusia dalam harmoni atau keseimbangan. Karena keseimbangan akan memberikan kebahagiaan. Berbagai ambisi yang dimiliki harus diselaraskan dengan kondisi-kondisi yang ada, termasuk keterbatasan-keterbatasan diri. Kita harus mengingat pula bahwa ada hak Allah, hak suami atau istri, hak anak-anak, hak orang tua, dan hak umat atas diri kita.

Maka kita harus selalu membuat manajemen yang baik dalam segala urusan. Juga menentukan skala prioritas seperti: saat ini pekerjaan apa yang sangat mendesak dan mana yang masih bisa ditangguhkan. Kemudian siapa yang saat ini paling membutuhkan bantuan dan seterusnya.

Dengan memperhatikan semua hal itu, kemudian berikhtiar secara maksimal dan bersandar pada Allah. Insya Allah keselarasan pun akan tercipta.

Sumber:
Sakinah - Edisi 05/Tahun I, September 1997

Comments