AL-QUR'AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP

Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW adalah berkah dan petunjuk bagi umat manusia khususnya muslim.

Muslim yang dapat memahami dan mengamalkan Al-Qur'an dalam kehidupannya sehari-hari sudah dapat dipastikan akan mendapatkan keselamatan hidup yang penuh kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-maidah ayat 15 dan 16, yang artinya:
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dan Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang mengikuti keridhaannya kejalan keselamatan".


Namun kita sering melupakan Al-Qur'an sehingga kadangkala kita tidak bisa mendapatkan kehidupan yang tenang, timbul kegelisahan dan menjalankan kehidupan yang tak menentu arahnya.

Al-Qur'an yang diturunkan dalam Bahasa Arab adalah kalimat-kalimat Allah yang mengandung peringatan, larangan, dan perintah.

Untuk memahami apa yang diperingatkan, dilarang dan diperintahkan hendaknya kita berusaha mengaji dan mengkaji serta mengimani apa yang terkandung di dalam Al-Qur'an, sehingga Al-Qur'an akan dapat memberikan dampak yang berarti bagi kehidupan kita lebih-lebih apabila kita juga berusaha untuk mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Mengapa Al-Qur'an belum memberikan pengaruh kehidupan pada manusia? Hal ini dikarenakan Al-Qur'an belum dikaji, dipahami dan diimani sepenuhnya serta belum dijadikan sebagai petunjuk (pedoman) dalam kehidupan kita.

Ada muslimin dan muslimat, Al-Qur'an dipergunakan masih dalam tahap hanya sebagai perhiasan saja. Karena hanya dipajang atau disimpan dilemari saja. Atau hanya pada surat-surat tertentu saja yang sering dibaca seperti surat Yasin yang dibaca hanya pada setiap malam jum'at.

Ada juga muslimin atau muslimah, Al-Qur'an dipergunakan hanya untuk dibaca menurut tajwid yang baik atau hafalan saja tanpa membaca dan memahami artinya, sehingga tidak dapat menangkap pesan-pesan dan apa yang dibacanya.

Namun ada juga muslimin atau muslimah yang sudah memulai mengkaji, menggali dan memahami serta mengamalkan isi kandungan Al-Qur'an. Nah kelompok inilah yang perlu kita ikuti sehingga Al-Qur'an betul-betul mampu menjadi pedoman hidup kita serta mengimaninya selama kehidupan di dunia ini untuk menuju kehidupan yang sebenarnya yaitu kehidupan di hari akhir, hari kiamat.

Dengan mengimani dan menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup Insya Allah kita akan menjadi orang yang bertaqwa. Sebagaimana firman Allah surat A-Baqarah ayat 2.
"Al-Qu'ran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang yang bertaqwa".

Dimana-mana sering terdengar kejahatan-kejahatan terjadi seperti: pembunuhan, pemerkosaan, ketidak adilan, korupsi dan lain-lain. Hal ini dapat diyakini karena mereka-mereka itu tidak memahami dan mengimani isi kandungan Al-Qur'an yang jelas-jelas menerangkan antara yang benar dan yang bathil. Padahal mereka mengaku sebagai muslim.

Untuk itu sudah saatnya kita memulai dari diri kita sendiri yaitu disamping menanamkan niat untuk mengaji dengan tajwid baik dan benar, juga secara perlahan kita mulai memahami arti dan isi Al-Qur'an dan kemudian mengamalkannya atau mengaktualisasikan dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga pada setiap detik kehidupan, pada setiap hembusan nafas, kita hubungkan tingkah laku kita dengan landasan Al-Qur'an.

Sumber: http://fatonipgsd071644221.files.wordpress.com/2010/01/alquran1.jpg

Syeikh Mohammad Ghazali ulama terkenal di Mesir pernah menyatakan bahwa dia telah hafal Al-Qur'an 30 Juz sejak umur 10 tahun namun dia menyatakan sayang dia tidak mengetahui apa-apa dan dia tidak merasa puas dengan keadaan ini.

Maka dari itu dia berpendapat bahwa perlunya membuat program lanjutan yaitu untuk mengkaji dan memahami Al-Qur'an.

Fungsi Al-Qur'an bukan hanya sebatas untuk dibaca, lebih dari itu Al-Qur'an juga memperingatkan kita mengingat hari pembalasan dan berdialog dengan orang-orang yang masih hidup bahwa hari pembalasan itu benar. Disamping itu berdialog dengan orang-orang yang berakal untuk berfikir tentang hal-hal yang mereka dengar agar dapat menjadi satu bangsa yang dinamis, kreatif dan berbuat banyak terhadap bangsanya. ini dikarenakan mereka telah memahami dan menghayati kandungan Al-Qur'an serta mampu menganalisa tujuan dan maksudnya. Berangkat dari hal semacam ini, Al-Qur'an mampu berdialog aktif dengan banyak orang serta berperan aktif dalam pembentukan pola pikir manusia.

Sayyidah Aisya r.a. menggambarkan bahwa akhlaq Nabi adalah Al-Qur'an. Ini berarti Nabi Muhammad SAW hidup ditengah-tengah semangat Al-Qur'an dan terpancar dari dirinya adalah perilaku Al-Qur'an. Pola pikirnya --lahir dan bathin-- selalu bersama Allah sehingga pada saat beliau bersabda, hal itu semata-mata berasal dari Allah juga.

Terkadang beliau menyatu dengan alam pada saat merenung dan berfikir tentang kekuasaan Allah serta bercerita tentang masalah-masalah di seputar alam yang luas membentang ini Beliau juga seakan-akan pernah hidup pada masa generasi sebelumnya, tatkala ia menceritakan kisah-kisah dalam Al-Qur'an. Dan pada saat Al-Qur'an menggambarkan balasan-balasan di akhirat kelak, semuanya itu seolah-olah nyata di mata beliau. ini semua berarti bahwa Nabi Muhammad SAW benar-benar hidup di tengah-tengah semangat Al-Qur'an.

Sehingga Imam Syafi'i menyatakan pemahaman Nabi sendiri terhadap Al-Qur'an benar-benar dijadikannya sebagai pembimbing hidupnya lahir dan bathin.

Eksistensi Al-Qur'an telah dijamin Allah dan akan terpelihara kesucian dan kemurniannya kekal sampai akhir zaman. (Sunat Al Hijr ayat 9). Sementara umur umat manusia sangatlah terbatas dan akan menemui ajal (Sunat Yunus 49). Apabila pada hari hisab nanti kita menerima catatan yang banyak menyimpang dari pedoman/petunjuk yaitu Al-Qur'an maka kita termasuk golongan yang merugi.

Akhirnya, marilah kita berdo'a dan berusaha agar pada akhir sisa hidup kita senantiasa hati kita selalu terpanggil untuk mengaji, mengkaji dan memahami serta mengimani isi Al-Qur'an sehingga kita semakin mengerti dan cinta kepada Al-Qur'an serta menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman di dalam kehidupan kita dan akhirnya kita berharap kita termasuk golongan yang beruntung. Dengan cinta kepada Al-Qur'an maka kita akan lebih mendekatkan diri kepada yang menciptakan Al-Qur'an yaitu Allah SWT.

Sumber:
Buletin Ramadhan DKM Al-Anshar, Edisi VIII/P ANROM-IED / 1424 H

Comments